Crime

Anggota BW Luak Limopuluah Dapat Kiriman Paket Kostum dari Nilmaizar

PAYAKUMBUH, dekadepos.com-

Agaknya, menyikapi janji tulus yang pernah dilontarkan sewaktu Nilmaizar bertandang ke markas awak media di Balai Wartawan Luak Limopuluah komplek kantor Bupati Limapuluh Kota yang lama di  Jalan Jenderal Sudirman Kota Payakumbuh baru-baru ini, ternyata janji calon anggota DPR-RI dari Partai Nasdem ini tak hanya sekadar mengumbar janji.

Buktinya, janji tulus itu terbukti, Minggu (10/2/2019) saat awak media daerah ini tengah bersitungkin membuat berita, tiba-tiba datang paket kiriman dari mantan pelatih PSSI U21 yang juga putra Luak Limopuluah, Nilmaizar.

“ Luar biasa, isi paket kostum atau kaos bertuliskan  ‘Sahabat Nilmaizar’ dipunggungnya,” sorak Dodi Saputra sembari mengenakan kaos warna putih itu

Saat foto kostum bertuliskan ‘Sahabat Nilmaizar’ itu dipostting di media sosial WhatsApp group Balai Wartawan Luak Limopuluah, secara spontan komentar positif bermunculan di group WA para kulitinta itu

“Luar biasa, Pak Nilmaizar mantap,” ujar Aria Agusman dan ditimpali dengan jempol oleh Ade Suhendra.

Lantas, siapa Nilmaizar? Mengapa begitu dekat sosok anak muda yang sudah tercatat menjadi tokoh Nasional ini dengan awak media yang ada di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota?

Nilmaizar lahir di Payakumbuh, Sumatera Barat, 2 Januari 1970, adalah seorang pemain sepak bola yang kemudian menjadi pelatih sepak bola Indonesia. Ia merupakan mantan pemain belakang Semen Padang FC dan juga pernah menjadi pelatih tim nasional sepak bola Indonesia.

Karirnya sebagai pemain sepak bola berangkat dari bawah sebagai pemain sepak bola di klub kampung halamannya Persepak Payakumbuh pada usia 10 tahun. Enam tahun kemudian, ia bergabung dengan Diklat Padang dan setahun kemudian terpilih ke Diklat Rangunan

Sukses meniti karir sebagai pemain sepak bola ditingkat yunior, Nilmaizar berkiprah di Garuda II dan merupakan anggota tim nasional Indonesia Garuda II pada periode 1989-1991.

Pada tahun 1990, Nilmaizar sempat merasakan magang di klub elite Sparta Prague di Republik Ceko. Selama enam bulan berada di klub tersebut, Nilmaizar bersama rekannya di timnas, Agus Yuwono, tampil di kompetisi kasta kedua. Ia ditangani oleh pelatih legendaris Ceko, Josef Masopust.

Setelah kembali dari Ceko, Nilmaizr bermain di Semen Padang selama lima tahun (1992-1997). Ia ikut serta dalam skuat Kabau Sirah yang memenangi Piala Galatama pada 21 Juli 1992. Kemudian dua tahun bermain untuk PSP Padang sebelum memutuskan pensiun pada 1999.

Sambil menekuni sepak bola sebagai profesinya, Nilmaizar juga tercatat sebagai mahasiswa Universitas Ekasakti Padang pada 1992 sampai 1999, dimana ia meraih gelar sarjana ekonomi.

Bertahun-tahun menapaki karir sebagai pemain, pada tahun 2009 Nilmaozar ditunjuk menjadi pelatih Semen Padang, saat klub tersebut masih di Divisi Utama Liga Indonesia.

Saat polemik bergulir saat manajemen Semen Padang tidak memperpanjang kontrak sang pelatih asal Moldova, Nilmaizar justru ditunjuk menjadi pelatih kepala Semen Padang. Pada musim perdananya, Nilmaizar berhasil membawa Semen Padang ke posisi keempat Liga Super. Saat klub memutuskan bergabung ke Liga Prima untuk musim 2011-12, Nilmaizar tetap melatih Semen Padang.

Prestasi Nilmaizar di Padang menarik perhatian PSSI. Kebetulan, posisi pelatih kepala tim nasional sepak bola Indonesia masih belum jelas seiring pemecatan Alfred Riedl dan desakan timnas U23 untuk menarik Aji Santoso, caretaker pelatih tim senior, ke tim mereka.

Akhirnya, PSSI lewat koordinator tim nasional Bob Hippy resmi menetapkan Nil sebagai pelatih tim nasional Indonesia pada 13 April 2012. Ia didampingi oleh Fabio Oliveira, staf pelatih Persija IPL. Sementara itu, posisinya sebagai pelatih kepala Semen Padang digantikan oleh direktur teknik Suhatman Imam. Ia sempat berjanji kepada publik Padang untuk kembali melatih Kabau Sirah.

Turnamen pertama Nil sebagai pelatih timnas adalah Piala Internasional Palestina 2012 pada Mei 2012. Indonesia tergabung dalam grup B bersama Mauritania dan Kurdistan, dan PSSI menggelar pemusatan latihan pada akhir April. Nilmaizar terpaksa meninggalkan pelatnas di Yogyakarta untuk mengikuti kursus kepelatihan yang digelar oleh Asosiasi Sepak Bola Jerman dari tanggal 23 April sampai 12 Mei di Koeln.

Pelatnas diserahkan kepada asistennya Oliveira, dan Nil sendiri baru bisa menyusul timnas ke Palestina pada 12 Mei. Hasil yang diraih tim cukup baik, dimana Mauritania berhasil dikalahkan 2-0, tetapi tertahan imbang 1-1 oleh Kurdistan. Di semifinal, Indonesia dikalahkan tuan rumah Palestina 2-1.

Saat konflik dualisme di internal PSSI semakin meruncing, Nilmaizar tetap bersama tim yang ia persiapkan untuk Piala AFF 2012 di Malaysia. Usahanya untuk memanggil beberapa pemain kunci yang berlaga di Liga Super gagal, karena liga tersebut, yang notabene dibawah kontrol Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia, melarang pemainnya bergabung dengan tim nasional. Meskipun begitu, PSSI tetap bersikeras mendaftarkan enam pemain ISL, meskipun keenam nama tersebut tidak pernah berangkat.

Meskipun disertai kritik keras publik, alhasil, Nil hanya bisa membawa sederet pemain yang belum dikenal publik ke Malaysia. Notabene hanya Irfan Bachdim, Andik Vermansyah dan Bambang Pamungkas yang ada di tim tersebut. Sisanya Nil memanggil beberapa pemain yang dinaturalisasi seperti Tony Cussel dan Jhonny van Beukering, serta Arthur Irawan yang bermain di Espanyol.

Setelah banyak merasakan asam garang dunia persepak bolaan pada tahun 2014 lalu Nilmaizar menerjunkan diri ke dunia politik dan memutuskan maju sebagai calon legislatif Dewan Perwakilan Rakyat pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2014 lewat Partai Nasdem.

Sempat bertanding di daerah pemilihan Sumatera Barat II dan nasibnya belum beruntung untuk dipilih menjadi wakil rakyat di Senayan. Pada Pileg 2019 Nilmaizar mencalonkan diri lagi sebagai wakil rakyat di DPR-RI.

Harapan Nilmaizar, pada Pileg 2019 ini, masyarakat Sumatera Barat, utamanya warga Luak Limopuluah (Kota Payakumbuh dan Limapuluh Kota, red) daerah tumpah darahnya memberikan amanah untuk menjadi penyambung lidah rakyat di Senayan untuk menbangun negeri Ranah Minang ini. (edw)