PAYAKUMBUH, dekadepos.com –
Program School of Randang yang digagas oleh Wakil Walikota Payakumbuh periode 2017-2022 Erwin Yunaz berhasil mengharumkan nama Kota Payakumbuh dengan sukses menjadi salah satu nominator Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) tingkat Kabupaten/Kota se Indonesia yang digelar oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia Tahun 2023 ini.





Pada sebuah kesempatan, Erwin Yunaz diundang khusus oleh Radio Gebu Minang bersama perantau Minang di Bandung dan Arab Saudi untuk berbagi resep sukses terkait inovasi yang diluncurkan Pemerintah Kota Payakumbuh sejak April 2021 ini, Minggu (12/3).



Erwin memaparkan School Of Randang merupakan bagian dari wujud brand Kota Payakumbuh, The City of Randang, di Kota Payakumbuh sudah ada kampung rendang, literasi rendang, berbagai varian rendang, dapur rendang kualitas ekspor yakni Sentra IKM rendang.


“Kita ingin mewujudkan peluang bisnis yang menjanjikan bagi pelaku usaha rendang di Kota Payakumbuh, apa saja tentang rendang itu ada di kota ini, termasuk budaya merandang yang kita ajarkan kepada generasi muda usia sekolah,” kata Erwin.
Erwin menjelaskan, sebagai pemimpin yang diamanahkan oleh masyarakat, Dia harus punya warisan, sesuatu yang ditunjukkan kepada masyarakat, sebagai kepantasannya diberikan jabatan sesuai dengan kemampuannya. Karena Erwin lama di swasta, dia berusaha memaksimalkan Kota Payakumbuh yang meski dari segi wilayahnya kecil, namun potensi Payakumbuh besar.


“Saat diberikan amanah, kita langsung tancap gas. Berbagai inovasi diluncurkan, termasuk School of Randang sebagai estafet kearifan lokal sejak dini. Kita menarik minat anak-anak sekolah. Mereka dapat belajar proses membuat masakan khas Minangkabau ini,” kata Erwin.

Sasarannya, mulai dari siswa/siswi tingkat SD sampai SMA se-kota Payakumbuh. Sejak usia dini ini, masyarakat harus mengenal dan mempelajari seluk beluknya ranah Minang, adat, budaya dan kearifan lokal seperti merandang ini harus dapat terjaga dan selalu lestari sampai kapanpun.
“School of Randang merupakan sebuah sarana dan wadah untuk siswa-siswi agar dapat mempelajari tentang marandang, dengan bekal ilmu pengetahuan yang telah anak-anak ini dapatkan dari kegiatan ini, kita berharap mereka tau prakteknya dengan baik dan benar, sehingga anak-anak inilah yang nantinya akan melanjutkan dan menjaga kearifan lokal kita, ada estafet ilmu,” jelas Erwin.



Tidak hanya itu, melalui kegiatan School of Randang ini, menurut Erwin Yunaz sekaligus sebagai ajang untuk memperkenalkan sentra industri rendang Kota Payakumbuh kepada generasi muda.
“Selain untuk belajar ilmu tentang bagaimana cara mengolah rendang, kegiatan ini juga sekalian untuk memperkenalkan keberadaan sentra industri rendang Kota Payakumbuh, yang mana ini merupakan satu-satunya sentra industri rendang yang ada di dunia,” ujar Erwin.
Erwin menyebut School of Randang sebagai Teaching factory. Sebuah gerakan kreatifitas, yang akan menjadi ikonnya Kota Payakumbuh. Penguatan dari lintas sektoral untuk sama-sama memahami apa tujuan dari Kota Payakumbuh kedepan.
“Kita membawa proses kemana branding City of Randang ini. Butuh waktu mencetak SDM yang kuat, karena ASN kita terbiasa bekerja seperti itu adanya sejak lama. Kita memacu mereka dengan dibawa ke dunia bisnis, sehingga bisa beradaptasi dengan program yang kita canangkan. Sementara masyarakat kita sudah cerdas, peran kepala daerah tinggal bagaimana kita sepemahaman melanjutkan program-program yang telah dirangkai dari awal, mencerminkan keinginan bersama, ide-ide seabrek disalurkan, nanti bisa disampaikan dalam bentuk diskusi,” terangnya.
Berbekal sentra industri rendang Kota Payakumbuh yang sudah memiliki semua sertifikasi halal, kata Erwin, sehingga baik mulai dari awal pengolahan sampai pengemasan sentra industri rendang ini sudah dijamin kualitasnya. Tentunya dengan sertifikasi ini, hasil produksi dari sentra rendang Kota Payakumbuh tidak hanya dipasarkan di tingkat lokal saja, akan tetapi sampai ke pasar mancanegara.
Erwin Yunaz menambahkan, muncul pertanyaan kepada Kepala Daerah seberapa jauh mereka mampu dan tahan dalam kondisi pandemi Covid-19 sekarang, bagaimana memberikan karya dalam kondisi sulit.
Ini dinilai Erwin sebagai tantangan ketahanan seorang pemimpin di era krisis, artinya seberapa kuat ketahanan fisik dan psikis, apakah mereka sanggup atau tidak berkreasi mengelola energi bersama untuk mendukung pemerintahan.
Dia bertekad membangun kota kelahirannya menuju ke arah yang lebih baik dengan branding kota The City of Randang yang sudah dipegang oleh Kota Payakumbuh. Menurutnya pencapaian ini tidaklah mudah, karena kedepan akan ditambah dengan tantangan untuk mendatangkan peluang investasi ke kota.
“Kita tengah diuji dalam menggerakkan ekonomi kota, mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan untuk disebut sebuah kota, yaitu mendatangkan investasi. Awal dari investasi itu sendiri adalah network atau jejaring,” kata Erwin.
Bukti dari pentingnya enterpreneurship Kepala Daerah adalah mereka selain dituntut menjadi CEO yang mampu bergerak dalam kondisi sulit, sekaligus harus bisa meyakinkan investor untuk bekerja sama.
“Parameter mengukur kerja pemimpin, mampu mendatangkan prestasi dan membangkitkan kreatifitas. Payakumbuh dulunya tidak punya identitas, satu-satunya dari 530 kota/kabupaten se Indonesia yang melakukan rebranding. Dengan usaha yang tidak mudah, kita bisa merebut klaim kepemilikan Randang dari negara lain, ditambah kota kita juga terkenal dengan kota kuliner. Artinya kedepan kemudahan investasi akan menjadi keunggulan luar biasa dari Payakumbuh,” tambahnya.
Erwin juga menambahkan sisi penting lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana Kepala Daerah sebagai tuan rumah yang baik yang menjadi pintu masuk investor. Tuan rumah terlibat banyak, dalam hal ini mereka membangun koordinasi yang baik bersama stakeholder terkait, sinergi harus ada kalau berbicara kemajuan daerah.
“Payakumbuh sampai malamnya pun ramai, tidak seperti daerah lain di Sumbar. Banyak yang bisa dikembangkan di negeri kita sendiri, outputnya adalah memberikan kemakmuran kepada masyarakat. Payakumbuh juga tengah menyambut pembangunan jalan tol, kita menyikapi potensi masa depan,” ujarnya.
Kehadiran School of Randang ini diharapkan akan menjadi wisata kuliner ikonik kedepannya di Payakumbuh.
“Sejauh ini testimoni cukup baik dari anak-anak sekolah yang tertarik untuk belajar Randang, dan ini baru dari anak sekolah di Payakumbuh saja. Coba bayangkan jika yang datang adalah siswa/siswi dari luar daerah, tentu akan memberikan potensi hidup kepada pasar kita. Inilah salah satu bentuk kreatifitas kita dengan akan banyaknya kunjungan-kunjungan ke Payakumbuh untuk belajar Randang di industri,” kata Erwin.
Menurut Erwin, fungsi kepala daerah mungkin semakin dikerdilkan, tantangan kedepan adalah bagaimana membangun network dan komunikasi, tetapi yang perlu digarisbawahi adalah sumber daya manusia (SDM) di dalam perlu dibenahi.
“Kita harus menyikapi kondisi sulit di masa yang akan datang, kita tidak harus terpaku menunggu kondisi ekonomi global membaik tanpa adanya giat yang diperlukan daerah, disini dituntut kemampuan enterpreneurship dan kreatifitas kepala daerah,” ujar Erwin.
Sementara itu, perantau Minang yang mengikuti dialog interaktif di Radio Gebu Minang menyampaikan apresiasi dan bangga, gagasan maestro rendang Erwin Yunaz mampu mengharumkan nama Sumbar di kancah nasional, meski baru masuk nominator 14 besar tapi pencapaian ini sangat luar biasa.
“Yang membuat kami takjub adalah Bapak Erwin Yunaz, orang Minangkabau yang mampu mengkolaborasikan rendang dengan teknologi. Biasanya rendang diproduksi dengan metode tradisional secara turun temurun, tapi di Kota Payakumbuh sudah memakai mesin dan cita rasanya tetap terjaga, ciri khas rendang itu tidak hilang,” ujar Adit, Perantau Bandung.
Sementara itu Naila, anak muda Minang di Kota Bandung mengaku saat mendengar topik School of Randang cukup kaget ada program yang begitu unik di Kota Payakumbuh.
“Keren banget, bagi Naila sebagai gadih minang. Sekarang banyak anak-anak muda yang tidak paham cara memasak rendang, bisanya sudah memakai bumbu instan. Dengan adanya School of Randang, Naila rasa rendang bakal lestari karena ini menarik, jadi pengen belajar ke Kota Payakumbuh untuk memasak rendang,” ujarnya.
Zahra, yang berada di Arab Saudi turut menyampaikan apresiasi dengan kehadiran School Of Randang, sebuah program yang tidak biasa ada dan tidak biasa dilakukan, bagaimana melestarikan rendang kepada generasi muda, sejak dini mereka diberikan ilmu agar memahami apa itu rendang yang merupakan bagian dari identitas etnis Minang.
“Dimana-mana kalau kita sudah menyebut orang Minang, orang pasti taunya Rendang, ini sudah mendarah daging di diri kita. Sebagai perantau Saya sangat mendukung program ini. Semoga nanti rendang bisa terus mendunia dengan potensi pasar yang luas, termasuk di Arab Saudi ini untuk kebutuhan jemaah umrah dan haji,” pungkasnya. (ds)