LIMAPULUH KOTA, dekadepos.com-
Meskipun Kabupaten Limapuluh Kota telah lama dikenal sebagai daerah sentra peternakan, utamanya ayam buras baik pedaging dan petelur, namun sayangnya, kondisi ini tidak didukung dengan ketersediaan jagung sebagai bahan utama pakan ternak.





Menurut seorang tokoh peternak ayam buras dan ayam arab di daerah itu, Haji Desra, tidak tersedianya komuditi jagung sebagai bahan utama pakan ternak, dia menilai Pemkab Limapuluh Kota gagal mengelola potensi perkebunan. Padahal, lahan yang dapat diolah menjadi perkebunan jagung di daerah ini cukup tersedia dan luas.



Kondisi ini, urai Haji Desra, tentu sangat memprihatinkan karena komuditi agung sangat vital untuk mendukung sektor peternakan, sehingga kebutuhan jagung untuk pakan ayam, masih dipasok luar daerah dan lain Provinsi.


“Kita tidak menemukan, adanya lompatan yang dahsyat dari Pemkab Limapuluh Kota, dalam melirik potensi tanaman jagung,” ungkap Haji Desra.
Padahal, kata Haji Desra, kebutuhan ternak unggas berupa ayam di Limapuluh Kota yang berjumlah lebih 5 juta ekor, memerlukan pakan jagung sampai 475 ton sehari.


“Potensi kerugian ekonomi dari sektor jagung Rp 511 Miliar/tahun. Atau 42,58 Miliar/bulan dan setara Rp1,42 Miliar per hari. Dari mana angka ini muncul? Populasi ayam petelur saja 5 juta ekor, itu belum termasuk itik, ayam kampung dan ayam Arab yang juga mengkonsumsi jagung,” jelasnya secara tekhnis.

Kata Desra, 1 ekor ayam petelur butuh pakan 0,130 gram/ekor/hari. Jika 5 juta ekor x 0,135 = 675 ton x 70%(komponen jagung dalam pakan) = 472,5 ton per hari. Atau di angka 475 ton.
“Saya pelaku usaha ini. Yang bisa dipasok oleh lokal (Limapuluh Kota), hanya maksimal 72,5 ton/hari. Selebihnya dari daerah luar seperti Pasaman Barat, Lampung bahkan Bengkulu,” terang Desra.


Harus Terintegrasi
Terkait belum terpenuhi kebutuhan jagung sebagai bahan pokok pakan ternak bagi peternak ayam di Kabupaten Limapuluh Kota, CEO Rama Group Muhammad Rahmad mengatakan bahwa, perlu adanya program terintegrasi OPD terkait di Pemkab Limapuluh Kota dalam mengembangkan sektor perkebunan dan peternakan, dua sisi mata uang yang tidak bisa dilepaskan.
“Kawasan peternakan itu, banyak di Blok M (Guguak dan Mungka). Sebahagian di Harau. Nah, kalau lokasi peternakan di sana, maka Pemkab perlu menggarap perkebunan jagung di daerah Selatan. Bisa Situjuah, Luhak atau Lareh Sago Halaban. Jika lokasi perkebunan di Halaban, maka industri pakannya didirikan di Luhak atau Situjuah,” jelas Muhammad Rahmad.
Dengan begitu, kata Muhammad Rahmad, uang berpendar di Limapuluh Kota. “Menjadi petaka, ketika lahan tidur tak digarap, tak dibangunkan. Padahal, potensinya besar dan dapat dilaksanakan dengan padat karya, melibatkan banyak orang, maka tumbuh pusat ekonomi baru,” urai Muhammad Rahmad.
Rahmad mengusulkan, perlu didirikan segera BUMD khusus ternak. “Ini akan mengurus, hulu dan hilir perjalanan ternak. Baik itu pakan, bibit dan potensi usaha lain. Ada dulu regulasinya, Pemkab mesti buat aturan main ini bersama DPRD,” demikian Muhammad Rahmad. (edw)