LIMAPULUH KOTA, dekadepos.com-
Tak bisa terbayangkan betapa sakit dan perihnya terkena siraman air panas mendidih. Balita bernama Raihan berumur 14 bulan warga Jorong Suayan Tinggi, Nagari Suayan, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Limapuluh Kota itu, hanya bisa menangis dan meraung-raung menahan rasa sakit, ketika ibunya Silfia Nekasari (32 tahun) berusaha melarikan balita malang itu berjalan kaki berkilo-kilo meter menuju Puskesmas.





Kabar nestapa yang dialami balita dari keluarga melarat itu, viral di media sosial karena akibat kemiskinan kedua orang tuanya, Raihan hanya bisa diobati di Puskesri karena tidak ada biaya untuk merujuknya ke Rumah Sakit.



Menjelang malam, Senin (30/3/2020), kabar nan mengharukan itu menusuk relung kemanusian Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan. Tanpa pikir panjang, orang nomor dua di Kabupaten Limapuluh Kota yang akrab disapa Buya Feri itu, langsung meluncur ke Suayan Tinggi mengunjungi rumah balita malang tersebut.


Tidak mudah bagi Wabup Ferizal Ridwan untuk bisa sampai di rumah Raihan, karena tempat tinggalnya berada di kawasan perkebunan yang tak ada akses jalan bagi kendaraan roda empat.


Setelah memarkir mobil BA 2 C di sebuah tempat di Jorong Suayan Tinggi, Wabup Ferizal Ridwan dengan mengenderai sepeda motor ditemani Walijorong, merambah gelapnya malam menuju rumah orang tua Raihan.

“Maaf, kami baru bisa datang malam ini setelah mendapat informasi di media sosial. Saat ini yang paling utama adalah membawa anak kita ini ke rumah sakit sesegera mungkin,” ujar Buya Feri kepada ayah Raihan bernama Gustatir dan istrinya Silfia Nekasari saat menjambangi balita itu terbaring tak berdaya.
Ternyata, ajakan Wabup Ferizal Ridwan untuk segera membawa Raihan berobat ke RSUD Achmad Darwis Suliki, tak langsung disikapi Gustatir dan istrinya Silfia Nekasari. Keluarga itu ragu-ragu. Pasalnya, mereka tak punya uang untuk biaya berobat anaknya Raihan.


“ Tak usah pikirkan biaya. Yang penting, sekarang kita rujuk anak ini. Soal biaya, Saya yang akan menanggung semuanya. Hal terpenting adalah pengobatan sesegera mungkin harus dilakukan mengingat kondisi luka bakar yang diderita Raihan cukup parah dan memprihatinkan,” ujar Wabup Ferizal Ridwan.
Kepada Wabup Ferizal Ridwan, Gustatir dan Silfia Nekasari sempat menceritakan peristiwa naas yang dialami anaknya Raihan.
Peristiwa naas itu terjadi Jumat 27 Maret 2020 lalu. Namun karena kondisi dan keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan, maka ibunya Silfia Nekasari urung membawa Raihan berobat ke Puskesmas, ditambah lagi identitas atau Kartu Keluarga (KK) masih tertahan di rumah sakit bersalin karena kekurangan biaya yang masih terhutang 600 ribu rupiah lagi.
” Saat itu saya sedang memasak air dan ingin menuangkan ke dalam cerek. Tiba-tiba panci terjatuh dan cipratan air panas mendidih itu tertumpah menyiram bagian tubuh Raihan,” ujar Silfia Nekasari menceritakan ihwal peristiwa naas itu terjadi.
Luka bakar akibat terkena siraman air panas di sekujur tubuh dan wajah Raihan cukup parah. “Saat itu, saya nyaris kehilangan akal, karena untuk berobat uang tak ada. Sebagai seorang ibu, saya berusaha tegar berjalan berkilo-kilo meter menuju Puskesmas untuk dapat mengobati luka bakar yang dialami Raihan,” ungkap Silfia Nekasari menitikan air mata.
Cerita nestapa yang dialami Raihan dengan kondisi luka bakar yang cukup parah dan memprihatinkan itu, viral di media sosial dan menyentuh relung jiwa dan rasa kemanusian Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan.
Sebelum merujuk ke RSUD Achmad Darwis Suliki, Wakil Bupati Ferizal Ridwan juga melunasi biaya bersalin untuk mendapatkan identitas keluarga Gustatir yang saat ini tertahan di salah satu rumah bersalin di Kota Payakumbuh.
Alhamdulilah, saat ini Raihan balita dari keluarga melarat itu sudah dirawat di ke RSUD Achmad Darwis Suliki. Tak ada ungkapan lain yang dapat disampaikan Gustatir dan Silfia Nekasari, kecuali menyampaikan rasa syukur dan berdoa semoga kebaikan Wabup Ferizal Ridwan menjadi ladang amal dan mendapat imbalan setimpal dari Allah SWT. Semoga! (edw)