Beritasport

Tour de Singkarak tak Bergairah, Antusias Masyarakat Semakin Hambar

SOLOK, Dekadepos.com

Antusias masyarakat Kabupaten Bumi Penghasil Bareh Tanamo untuk menonton gratis dan memeriahkan ivent balap sepeda internasional berupa Tour de Singkarak (TdS) yang ke-10 tahun 2018, Etape 7 yang start dari Padang Panjang menuju Solok Selatan, tampaknya kurang gairah dan terkesan dingin.

Bahkan jika dibanding tahun lalu, jumlah penonton TdS di Kabupaten bumi penghasil bareh tanamo itu tampak jauh menurun, termasuk di Dermaga Singkarak, Sumani dan juga daerah yang dilintasi hingga di Surian, perbatasan Kabupaten Solok dan Solok Selatan. Bahkan banyak masyarakat yang mengeluh, kalau TdS hanya bikin aktivitas mereka terganggu dan hasilnya buat daerah hampir tidak ada, kecuali hanya infrasrtuktur jalan yang dilintasi yang makin bagus .

Tahun 2017 lalu di Tugu Ayam, antusias masyarakat sambut TdS masih tampak bersemangat dan meriah. Namun tahun ini sepi penonton, mungkin karena Tugu ayam tidak dilintasi. Hanya dibeberapa titik masyarakat tampak berkumpul, seperti di Muara Panas, Danau Kembar dan Depan kantor Puskesmas Surian. Selebihnya, masyarakat seolah cuek dengan ivent TdS.

Sesuai pantauan media ini mulai dari Nagari Singkarak hingga ke Danau Kembar di Alahan Panjang, animo masyarakat tampak jauh berkurang. Kalau pun ada masyarakat berkumpul di pinggir jalan atau di persimpangan, mungkin lebih dinominasi oleh mereka yang terjebak akibab dilarang melintas karena jalan akan digunakan oleh peserta TdS. “Saya mau ke Batusangkar mau acara silaturrahmi dengan keluarga, saya tidak tau kalau hari ini ada lomba TdS ini. Kalau saya tau, mungkin saya akan lewat Padang Panjang, mana waktu menunggu sangat lama hampir 4 jam. Tapi menjelang kota Solok ini saya distop Bapak polisi,” tutur Lisna (33), warga Rawang, Nagari Batang Barus, Sabtu (10/11).

Dia mengaku heran sebab mulai dari Selayo sudah banyak polisi tapi tidak razia. Namun sesampai di Batas kota Soloksudah di Stop pak petugas, padahal waktu dia sampai baru jam 10 kurang. Sementara pembalap melintas di kota Solok baru sekitar jam 12.00 WIB siang. “Saya juga tidak dapat kabar kalau tahun ini ada TdS, sebab memang kurang sosialisasi dan kurang spanduk,” jelas Lisna.

Keluhan yang sama juga disampaikan Hendrik (55), warga Tarusan, Pesisir Selatan yang hendak menuju ke Sawahlunto bersama keluarga dan anak-anaknya. “Saya terjebak disini, padahal saya mau ke arah Sawahlunto dan saya dengar para pembalap tadi baru sampai di Pitalah dan akhirnya saya harus menunggu 3 jam.

Padahal ke Sawahlunto kalau jam 9 kan tidak perlu di stop, kan tidak berlawan arah,” jelas Hendrik. Dia berharap, kalau jalan mau dipakai pembalap, kan bisa di sterilkan satu jam sebelum pembalap melintas, kecuali yang berlawanan arah. Hendrik tidak sendirian, bersamanya juga ada warga kota Padang yang hendak menuju Dhamasraya, sehingga harus menunggu 3 sampai 4 jam, sementara dua orang anaknya yang masih balita, tampak menangis minta pulang.

Di Kabupaten Solok sendiri, pada TdS Etape 7, dari Padang Panjang menuju ke Solok Selatan, tampaknyo lebih banyak di nominasi oleh orang-orang dari dinas di OPD Kabupaten Solok, petugas gabungan dari polisi, TNI, Satpol PP, Dinas Perhubungan dan ORARI serta awak media. Selebihnya hanya masyarakat yang terjebak macet dan para pedagang yang berkumpul di persimpangan, meski sebenarnya sudah ada dua panggung kehormatan berdiri di depan Convention Hall dan di depan pasar Surian.

“Saya melihat TdS ini lebih banyak ruginya dari pada untungnya, kecuali hanya jalan menjelang TdS tampak lebih licin, selebihnya saya tidak melihat dampaknya. Dan tampaknya TdS ini perlu dievaluasi lagi,” tutur Masril (55) warga Lubuk Selasih, Kabupaten Solok yang juga hendak menuju Sungai Lasi. Sementara keluhan yang serupa juga disampaikan warga lainnya bahwa keberadaan TdS sangat perlu di evaluasi untung dan ruginya (jarbat)

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts